Selasa, 27 Mei 2025

KAJIAN DIKSI & LOGIKA #2 HMPS BSA 2025

  Divisi intelektual HMPS BSA kembali mengadakan kegiatan rutin dua pekan sekali untuk kedua kalinya. Suasana hangat mewarnai kegiatan yang digelar pada Sabtu, 24 Mei 2025, di kawasan Gading Gajah, Plosokandang. Dengan mengangkat tema “Bahasa mu batas dunia mu”, acara ini berhasil menarik perhatian mahasiswa, khususnya dari kalangan Bahasa dan Sastra Arab (BSA), serta para pencinta kajian linguistik dan filsafat bahasa. Acara ini menghadirkan Muhammad Qadli Al Khofi, mahasiswa semester 6 sebagai pemantik utama. Sosok yang akrab disapa Offi ini memaparkan hal yang menarik tentang hubungan antara bahasa, logika berpikir, dan realitas dunia.

  Dalam pemaparannya, Sobat Ofi mengajak peserta menyelami pemikiran linguistik yang jarang dibahas dalam forum populer. Ia menyatakan bahwa setiap bentuk bahasa sebagai alat memahami dan membentuk dunia bermula dari bunyi.

   “Sebelum ada kata, sebelum ada kalimat, yang pertama kali hadir adalah bunyi. Bunyi adalah respons awal manusia terhadap dunia. Dari bunyi, tercipta makna. Dari makna, lahir dunia,” ujarnya.

  Menurut Sobat Offi, manusia tidak menyebut sesuatu sebelum mendengar dan merasakan bunyinya terlebih dahulu. Bunyi menjadi alat pertama manusia, sebelum akhirnya mewujudkan bahasa yang lebih kompleks. 

   Diskusi berlangsung hangat dengan banyak peserta aktif bertanya dan berdiskusi. Beberapa peserta menyampaikan bahwa acara semacam ini sangat diperlukan untuk memperluas wawasan mahasiswa lintas bahasa, khususnya dalam hal berpikir kritis terhadap penggunaan bahasa sehari-hari. 

   Dengan adanya kegiatan ini audiens dapat menyadari bahwa bahasa bukanlah sekadar alat, melainkan kekuatan pembentuk realitas. Semakin tajam pilihan diksi, semakin logis struktur berpikir, maka semakin luas pula pengetahuan yang bisa dijelajahi oleh seseorang. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Muhammad Qadli Al-Khofi, dunia tak lepas dari bahasa dan bahasa tak bisa dilepaskan dari bunyi.


Penulis : Sobat Literasi dan Jurnalistik²⁴



Jumat, 09 Mei 2025

PELATIHAN KHITOBAH HMPS BSA 2025


     Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (HMPS BSA) kembali mengadakan kegiatan untuk mengasah skill dan kemampuan para mahasiswa. Setelah sukses mengadakan kegiatan Kajian Diksi dan Logika pada hari Kamis, 8 Mei 2025 keesokan harinya di susul dengan kegiatan pelatihan khitobah. Pelatihan yang diselenggarakan di Angkringan lawe 3 ini dihadiri oleh para mahasiswa BSA maupun mahasiswa di luar BSA. Acara ini diselenggarakan pada Jum'at, sore hari oleh saudara Ageng Jalbul Masholih sebagai pembicara untuk mengupas tuntas bagaimana cara berkhitobah dengan baik dan benar. 

     Sobat Abul menekankan ada 3 kriteria penilaian dalam perlombaan khitobah, yaitu gaya bahasa, intonasi dan juga lahjah (logat) dari ke 3 kriteria penilaian tersebut, lahjah yang memiliki penilaian tertinggi, yaitu sebanyak 40%. Lalu, mengapa lahjah memiliki penilaian tertinggi pada saat perlombaan khitobah? Ketika kita berkhitobah yang kita sampaikan adalah ceramah berbahasa arab, maka penting penggunaan lahjah, entah lahjah Mesir, Yaman, Yordania dan lain sebagainya. Selain ketiga kriteria tadi, adab juga sangat penting ketika berkhitobah. Hendaknya kita memberikan penghormatan terlebih dahulu kepada dewan juri sebelum memulai khitobah. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi saat berkhitobah juga sangat penting. Hal ini bisa dilatih dengan sering-sering bertanya pada diri sendiri di depan cermin, ujarnya. 

   Kegiatan pelatihan khitobah ini berhasil terlaksana dengan diskusi yang hidup dan pertanyaan dari audiens walaupun di tengah suasana hujan rintik yang sejuk. 

Beberapa pertanyaan dari audiens 
1. Apa perbedaan khitobah dengan qiraatu syi'ir?
=> Khitobah, menyampaikan pesan secara langsung biasanya dalam konteks agama, sosial, atau politik. Sedangkan Syiir, menyampaikan sesuatu dari perasaan karena syiir tercipta karena rasa dan rasa ada karena terbiasa.
2. Persiapan apa yang dilakukan saat sebelum tampil dan solusi agar audiens mendengarkan khitobah kita? 
=> pertama menjaga suara, kedua jangan terlalu fokus menghafal tapi fokus untuk memahami. ketiga kondisi tubuh. 
Solusinya penampilan, pelafalan dan intonasi harus ditekankan 
3. Rekomendasi untuk menambah skill lahjah kita? 
=> sering" melihat nerita di channel TV orang Arab. atau media sosial yang menggunakan bahasa Arab. 

Penulis : Sobat Literasi dan Jurnalistik²⁴
 

Kamis, 08 Mei 2025

KAJIAN DIKSI & LOGIKA #1 HMPS BSA 2025

 

  Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (HMPS BSA) mengadakan Kajian Diksi & Logika dengan tema "Peran media sosial terhadap karya sastra". Meski langit menggantung kelabu dan rintik hujan sesekali menyapa bumi Plosokandang, semangat para penikmat sastra tak surut untuk hadir dalam gelaran perdana. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis, 08 Mei 2025, di Angkringan Lawe, Plosokandang, Tulungagung, yang di bawakan oleh pemantik Ahmad Muzaki Alhabibi (Mahasiswa BSA semester 8) dengan Moderator yang memandu jalannya acara Salik Abdir Rohman (Mahasiswa BSA semester 2). 

  Dalam paparannya, Sobat Muzaki menyampaikan bahwa media sosial saat ini bukan hanya menjadi ruang berbagi informasi, namun juga menjadi platform baru dalam perkembangan karya sastra. ia juga mengatakan "Sastra tidak mungkin lahir di dalam ruang kosong, karena sastra lahir di dimensi pengarang” artinya karya sastra tidak muncul begitu saja tanpa konteks. Ia tercipta dari pengalaman dan pemikiran. Hal tersebut mencerminkan bahwa "Tidak ada karya sastra yang benar-benar netral. Semuanya berakar pada pengalaman, perspektif, dan perasaan penulisnya,” jelasnya. Tidak hanya itu 

  Meski diliputi cuaca yang kurang bersahabat, suasana diskusi tetap hangat, bahkan beberapa peserta bertahan hingga akhir meskipun udara mulai dingin. Acara ini menjadi awal yang menjanjikan bagi lahirnya ruang-ruang literasi alternatif di Tulungagung, terutama yang berbasis komunitas dan refleksi intelektual.

  Di akhir acara, moderator menyampaikan bahwa Kajian Diksi dan Logika akan terus hadir setiap dua pekan dengan tema berbeda dan pemantik yang beragam.
Pertanyan dari beberapa audiens 
1. Mengapa puisi lebih mudah didengar dan dihafal dibandingkan prosa?
=> puisi, sebagai bentuk sastra yang padat dan ritmis, lebih menggambarkan dimensi emosional dan spiritual pengarang secara langsung, sehingga membekas lebih kuat dalam ingatan pembaca maupun pendengar. Sementara prosa cenderung menjelaskan dan menguraikan, puisi justru menyiratkan dan merangkum.
2. Perbedaan karya sastra dengan tulisan karya sastrawi?
=> Karya sastra itu tulisan yang secara umum telah memenuhi unsur-unsur estetika, imajinasi, dan kedalaman makna serta bersifat universal. Sedangkan tulisan sastrawi merupakan tulisan yang menggunakan gaya bahasa atau diksi yang indah dan cenderung puitis, tetapi belum tentu dapat disebut sebagai karya sastra. 

Penulis : Sobat Literasi dan Jurnalistik²⁴

Ngabdi Bersama (NGABERS) HMPS BSA 2025

   Seorang penulis dan filsuf Prancis pada Era Pencerahan bernama Voltaire pernah berkata, “saya tahu tidak ada orang-orang hebat kecuali me...