BEDAH BUKU "NAMAKU ALAM" HMPS BSA 2025
Bedah Buku "Namaku Alam"
Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (HMPS BSA) sukses menghadirkan ruang reflektif dan inspiratif melalui kegiatan Madrasah Sastra yang dilaksanakan di hari ke dua pada Sabtu, 14 Juni 2025 di Pendopo Pondok Pesantren Darunnajah, Sumbergempol. Kegiatan ini mengangkat karya sastra berjudul Namaku Alam sebuah novel yang menyingkap sisi sejarah melalui pengalaman hidup seorang pemuda yang dibayangi masa lalu kelam sebagai anak tapol.
Acara ini menghadirkan dua pembedah Sobat Iwan Kurniawan (pembedah 1) dan Sobat Alvin Saifulloh (pembedah 2) dengan moderator Zayyin Qalbi Hasyim. Keduanya memberikan perspektif mendalam tentang isi dan makna pada novel tersebut, baik dari segi estetika bahasa maupun pesan - pesan filosofis.
Dalam sesi bedah buku Namaku Alam, audiens diajak menyelami kisah seorang pemuda bernama Alam yang berjuang melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu dan stigma sebagai anak tapol. Dikaruniai ingatan fotografis, Alam merekam kuat luka emosional sejak kecil, termasuk penolakan keluarga dan cap sebagai “anak pengkhianat negara.” Ibunya berasal dari keluarga menengah keatas, namun ditolak setelah menikah dengan Pak Hananto, seorang wartawan berpikiran kiri yang menjadi buronan politik. Alam pun tumbuh dalam lingkungan yang dingin dan penuh penolakan, bahkan dari keluarganya sendiri.
Di tengah kehidupan pahit Alam, hadir Ibu Umayani, guru sejarah yang penuh kasih dan menjadi sosok ibu sekaligus pembimbing. Ia membantu Alam memahami pentingnya sejarah diri dan berdamai dengan masa lalu. Titik balik hidup Alam terjadi saat masuk Sekolah Putra Nusa, tempat ia merasakan kenyamanan belajar dan diterima sepenuhnya. Konflik diperkuat oleh kehadiran Segara Alam, saudara yang tempramental, mencerminkan luka sejarah dalam relasi keluarga. Namun, Yu Kenanga dan Yu Bulan menjadi figur penyayang yang memberi kehangatan dan rasa aman bagi Alam.
Sekilas penyampaian dari pembedah dari novel Namaku Alam. Tujuan diadakannya kegiatan ini untuk mendorong dan lebih peka terhadap makna dan nilai - nilai kemanusiaan dalam karya sastra. Selain itu kegiatan ini juga menjadi wadah untuk melatih kemampuan berpikir kritis serta mengapresiasi karya sastra secara mendalam.
Acara berlangsung interaktif, diakhiri dengan sesi tanya jawab dari audiens serta foto bersama dengan pemateri sebagai penutup yang hangat.
Penulis : Sobat Literasi dan Jurnalistik²⁴
Komentar
Posting Komentar